Seputar Dunia Islam

Home | Seputar Dunia Islam | Tarbiyah | Muslimah Zone |

Thursday, March 02, 2006

Paska Kartun Nabi Muhammad Saw, Muslim Denmark Ternyata Masih dipinggirkan

Eramuslime.com
Menyusul krisis kartun Nabi Muhammad Saw yang memicu kemarahan umat Islam terhadap Denmark, negara itu rencananya akan mengadakan konferensi tentang Islam dan Barat pada 8-10 Maret nanti, atas kerjasama antara kementerian luar negeri Denmark dan Danish Institute for International Studies.
Denmark sudah melayangkan undangan pada ulama Muslim terkemuka Syeikh Yusuf Qardhawi dalam kapasitasnya sebagai Ketua International Union of Muslim Scholars (IUMS) untuk datang dalamkonferensi tersebut.

"Kami menunggu partisipasi Qardhawi dalam konferensi yang ditujukan untuk membangun kepercayaan dunia Islam pada Denmark setelah peristiwa kartun itu," kata kordinator umum konferensi pada Islamonline disela-sela acara konferensi Aliansi Peradaban di Doha, Qatar.

"Ada 1,4 milyar umat Islam di dunia dan mereka punya pandangan yang berbeda-beda untuk menyelesaikan krisis. saya mengundang Syeikh ke konferensi ini. Saya menunggu untuk berjumpa dengannya," sambungnya
Namun nampaknya Qardhawi tidak akan memenuhi undangan itu. Dalam wawancara dengan stasiun televisi Aljazeera, Qardhawi mengatakan, umat Islam harus melanjutkan tekanan mereka terhadap Barat, sampai mereka mengakui bahwa 'sebuah penghinaan telah terjadi pada sebuah bangsa yang besar. Umat Islam harus terus bekerja berusaha agar insiden serupa tidak terjadi di masa datang.

Qardhawi juga menyampaikan desakannya lagi agar pemerintah Denmark dan Uni Eropa minta maaf dulu sebelum melaksanakan konferensi.

Protes Di dalam Negeri Denmark
Sementara itu, di dalam negeri Denmark sendiri, para pemuka Islam di negara itu mengkritik penyelenggaraan konferensi tersebut. Mereka beranggapan, pemerintah Denmark hanya mengikutsertakan kelompok-kelompok Muslim tertentu saja yang ada di Copenhagen dan mengesampingkan kelompok minoritas lainnya.
"Kami semua mendukung dialog itu, tapi harus iklusif, tidak selektif," kata Ahmad Tanweer, juru bicara
Islamic Network, payung organisasi mahasiswa dan profesor Muslim."Saya pikir, konferensi semacam itu tidak akan membantu meredakan ketegangan karena tidak menyertakan sebuah komunitas yang menjadi kunci untuk membuat pertemuan itu sukses," sambungnya.

Hal serupa diungkapkan Ummar Arshad, Ketua 'Muslim in Dialogue'. Ia setuju konferensi itu tidak akan membantu upaya meningkatkan dialog yang konstruktif.

"Kami belum menerika undangan dari pemerintah. Mengesampingkan komunitas di Denmark tidak mengarah pada tujuan," kata Arshad.
Konferensi yang akan diselenggarakan Denmark itu akan dihadiri oleh seorang ulama Mesir Amr Khalid.
Ketua Muslim Youth Organization, Imran Shah mengatakan, Khaled selayaknya bertemu dengan perwakilan umat Islam di Denmark, agar dialog yang berlangsung seimbang dan sukses.

Jorgen Baek Simonsen, seorang profesor dan pakar Islam mengatakan, dirinya sangat terkejut mengetahui bahwa para pemuka Islam di Denmark sendiri tidak diundang untuk ikut dalam konferensi tersebut.
"Kalau Amr Khaled datang dan pergi tanpa bertemu dengan para pemuka Muslim, warga Muslim Denmark akan merasa dimarjinalkan," katanya. Simonsen yang diundang dan akan hadir dalam seminar dua hari itu mengatakan, adalah sesuatu yang bodoh jika pemerintah Denmark mengabaikan warga Muslim.

"Ingat, bahwa tujuan utama konferensi ini adalah untuk memperbaiki citra Denmark di dunia Islam," sambungnya. (ln/iol)

Kabar Terbaru Palestina

Umat Kristen Palestina: Kemenangan Hamas Bukan Ancaman bagi Kami3 Mar 2006 10:31 WIB

eramuslim - Warga Kristen Palestina di Jalur Gaza membuat pernyataan yang cukup mengejutkan media massa Barat, yang selama ini mengklaim bahwa naiknya Hamas ke tampuk pemerintahan akan mengancam hak-hak keagamaan warga Kristen. Apa yang diungkapkan warga Kristen di Jalur Gaza ternyata sangat bertolak belakang dengan apa yang diberitakan media massa Barat.

"Saya tidak takut dengan Hamas, bahkan dengan agama Islam," kata Anton Shuhaiber, anggota dewan gereja dan anggota pengurus lokal asosiasi generasi muda Kristen, seperti dikutip AFP.

Sejak Hamas memenangkan pemilu legislatif, muncul kekhawatiran di kalangan warga Muslim bahwa pemerintahan Hamas akan berupaya menerapkan hukum syariah baik bagi Muslim dan non Muslim. Beberapa di antaranya bahkan khawatir pemerintahan Palestina akan memaksa kaum wanita di Palestina untuk mengenakan jilbab dan akan menerapkan hukuman yang sangat keras bagi tindak kriminal biasa.

Namun mayoritas penganut Kristen di Gaza yang merupakan wilayah basis Hamas mengatakan, kekhawatiran itu sama sekali tidak berdasar. "Bagi umat Kristiani yang membaca Al-Quran dengan hati-hati dan yang berwawasan luas, ketakutan itu tidak ada," sambung Shubaiber, 68, seorang dokter yang pernah belajar di Inggris.

Shubaiber bahkan menganggap pemimpin-pemimpin Hamas, Syeikh Ahmed Yassin dan Abdulaziz Rantissi, keduanya dibunuh oleh Israel, sebagai sahabatnya. Ia menunjuk sofanya yang kerap mereka gunakan untuk duduk bersama.

"Kami tidak takut dengan apapun, karena Muslim dan Kristiani ada di sini, sejak jaman Islam masuk, dan hidup dalam perdamaian dan cinta," kata Artemios. Ia mencontohkan aksi unjuk rasa menentang kartun Nabi Muhammad kemarin, Pastur Dimitriades dari gereja ortodok Saint Perfilios turun menemui ratusan pengujuk rasa warga Palestina yang beberapa di antaranya adalah umat Kristiani.

Para pemuka agama Kristem mengaku tidak takut gerejanya akan dilempari batu atau dibakar saat aksi unjuk rasa itu, karena umat Kristen Palestina juga merasa terluka seperti saudara-saudara mereka yang Muslim atas publikasi kartun tersebut.

Dalam aksi unjuk rasa kemarin, salah seorang warga Muslim membawa salinan Al-Uhdah Al-Omariyah (Kesepakatan Umar) yang ditandatangani pada tahun 683 oleh khalifah Umar bin Khattab. Dalam dokumen bersejarah itu, Omar menjanjikan pada Sophronios, keuskupan di Al-Quds (Yerusalem), akan melindungi kehidupan, properti dan gereja-gereka Kristen. Kesepakatan itu juga menjamin bahwa umat Kristiani 'tidak akan dipaksa dalam masalah keagamaan.'

Umat Islam maupun Kristen di Palestina menganggap dokumen itu masih berlaku, meski usianya sudah lebih dari 13 abad. Dan hal ini terlihat pada hukum dasar dan konstitusi yang saat ini berlaku di Palestina, yang menyatakan bahwa 'kebebasan beragama dan melaksanakan ibadah agama dijamin, kecuali bila melanggar moralitas dan ketentraman publik.'

Anggota Parlemen yang menganut agama Kristen, Hosam al-Taweel juga salah seorang yang menolak anggapan bahwa Hamas akan menerapkan hukum syariah begitu membentuk pemerintahan di Palestina. "Hamas tahu masyarakat Palestina terdiri dari berbagai bentuk, ide dan warna politik, dan Hamas juga tahu jika mereka melakukan pemaksaan, seluruh lapisan masyarakat akan menentang keyakinan dan kebijakan mereka, dan itu akan merugikannya dalam waktu yang lama," kata Taweel.

Taweel adalah salah seorang perwakilan Kristen yang terpilih di parlemen bersama lima perwakilan Kristen lainnya. Taweel adalah perwakilan Kristen yang mendapat dukungan dari Hamas dan kelompok-kelompok nasionalis lainnya.

"Sebagai umat Kristen, kami memiliki problem yang sama, penderitaan yang sama atas pendudukan Israel, tingginya tingkat pengangguran, situasi ekonomi yang buruk. Tapi kami hidup dalam masyarakat yang bersatu, tidak ada perbedaan atau bentuk diskriminasi apapun oleh warga Muslim," papar Taweel. (ln/iol)